DI tengah dunia yang semakin cepat dan penuh tekanan, semakin banyak perempuan memilih untuk menjalani soft life—gaya hidup yang menolak stres berlebih, drama yang melelahkan, dan ambisi yang membebani. Bagi mereka, kesuksesan tak selalu berarti jabatan tinggi, popularitas, atau saldo rekening yang membengkak. Soft life adalah tentang hidup tenang, cukup, dan seimbang, sesuai dengan nilai dan kebutuhan pribadi.
Perempuan yang memilih soft life sadar bahwa mereka tidak harus membuktikan apa pun kepada siapa pun. Mereka tidak tergoda untuk ikut dalam perlombaan hidup yang penuh persaingan.
Alih-alih memaksakan diri menjadi “perempuan super” yang harus bisa segalanya, mereka memilih menjadi pribadi yang hadir penuh, menikmati momen-momen kecil, dan fokus pada kesehatan mental serta kebahagiaan batin.
Gaya hidup ini bisa berarti hidup lebih pelan, bekerja secukupnya, memprioritaskan waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan aktivitas yang memberi makna. Mereka juga lebih selektif dalam pergaulan—tidak ingin terlibat dalam hubungan toksik, gosip, atau drama sosial yang menyita energi.
Soft life bukan berarti malas atau anti-ambisi. Ini tentang memahami kapasitas diri dan menetapkan batasan yang sehat. Ini tentang memilih hidup yang tidak menguras, tapi mengisi.
Dalam dunia yang sering memuja kesibukan dan kompetisi, soft life menjadi bentuk perlawanan yang sunyi tapi kuat. Ia adalah keberanian untuk berkata: “Aku cukup. Hidupku cukup.”
Dan dari ketenangan itu, tumbuh kekuatan baru—kekuatan perempuan yang tahu apa yang ia butuhkan, dan tidak ragu memilih jalannya sendiri.
KOMENTAR ANDA